""SELAMAT DATANG DI HALAMAN BLOG KAMI""" ,,, "Terima Kasih atas Kunjungan Anda"____

18 Agu 2011

Pendidikan Akidah harus dimulai dari Rumah

              Akidah adalah penuntun pikiran dan perilaku seseorang. Bila akidahnya baik, pola pikIr dan perilaku orang yang bersangkutan akan baik pula. Sebaliknya, bila akidahnya buruk, orang tersebut akan memiliki kecenderungan berpikir dangkal dan berperilaku tidak sesuai syariat. Hal tersebut akan terus berlangsung selama dia belum mendapatkan pencerahan.

Persoalan pendangkalan akidah ini merupakan pembahasan yang serius. Betapa tidak, dari waktu ke waktu, korbannya semakin banyak saja. Yang sangat memprihatinkan, banyak dari korban tersebut adalah generasi muda pada usia sekolah dan kuliah. Kalau dibiarkan, fenomena ini akan menjadi ancaman besar bagi umat Islam generasi mendatang.
Bila diselisik lebih jauh, pendangkalan akidah pada generasi muda ini sudah berlangsung sejak lama. Sebut saja para pengikut aliran sesat Surga Eden dan HDH di Cirebon. Pelaku bom bunuh diri di beberapa tempat di Indonesia pun adalah anak muda. Korban pendangkalan akidah oleh NII gadungan KW 9 juga adalah pelajar dan mahasiswa.
Jika dilihat dari pandangan psikologi, para pelaku aliran sesat memanfaatkan kelabilan jiwa para pelajar dan mahasiswa yang mudah didoktrin oleh pemahaman-pemahaman yang jauh dari ajaran Islam. Sebab lain yang tidak kalah penting adalah para korban disinyalir kurang mendapat pendidikan akidah di keluarganya dan jarang berkomunikasi dengan orangtuanya.

Disebutkan Elly Risman dalam salah satu acara di TV One, anak-anak usia sekolah dan kuliah mudah didangkalkan akidahnya kerena beberapa faktor. Pertama, faktor lingkungan keluarga. Di rumah, mereka kurang mendapatkan pendidikan agama secara baik dan benar. Padahal, pendidikan akidah sepatutnya harus diajarkan kepada anak sejak dini. Di sinilah pentingnya anak-anak dikenalkan pada akidah Islam yang benar sesuai dengan daya nalar dan usianya. Dengan demikian, anak-anak tidak mudah terjebak dalam aliran sesat karena dalam dirinya sudah terpatri pengetahuan dan wawasan mengenai yang baik dan yang buruk sesuai dengan syariat Islam.

Oleh karenanya, apabila ada anak yang sudah terjebak dalam aliran sesat, jangan lekas menyalahkan anak yang bersangkutan. Justru sebagai orangtua, kita perlu menayakan peran sebagai pengasuh, pendidik, dan guru bagi anak-anaknya di rumah. Kita perlu bertanya mengenai sudah seberapa banyak anak diberikan pendidikan agama secara baik dan benar. Atau, sudah benarkah cara kita membimbing anak untuk mengamalkan ajaran agamanya?

Kedua, persoalan komunikasi. Hal ini berkaitan dengan seberapa dekat komunikasi yang dilakukan orangtua kepada anak-anaknya. Komunikasi yang baik adalah ketika terjadi ikatan yang erat, kokoh, harmonis, dan terbuka antara anak dan orangtua. Bila hal ini terjadi, tidak akan ada anak yang mencari-cari perhatian orang lain atau mencari sesuatu yang baru di luar rumahnya. Karena segala sesuatu yang dialami anak dapat terkomunikasikan pada orangtuanya dengan baik, maka perilaku anak mudah terdeteksi dan terkontrol.

Islam sendiri secara tegas memerintahkan kita untuk memuliakan dan mengajarkan pada anak-anak pendidikan agama yang baik. Anak itu amanah. Bila sedikit saja salah mendidik, anak bisa menjadi ujian berat bagi orangtuanya. Kenyataan saat ini menunjukkan bahwa sebagian orangtua tidak begitu peduli terhadap pendidikan agama anak-anaknya. Hal ini akan menjadi malapetaka besar bagi keluarga.

Pada dasarnya, pembentukan akidah yang benar harus dimulai dari pribadi setiap muslim. Rasulullah Saw. bersabda "ibdak binafsik (mulai dari dirimu)". Bekal akidah yang benar ini akan membentengi seseorang, ke mana pun dia pergi. Muslim yang memiliki kualitas akidah yang kuat tidak akan mudah terpengaruh oleh berbagai kecenderungan dan iming-iming yang menyesatkan. Hal tersebut tidak mungkin terjadi kalau tidak diawali dari keluarga.

Ya, membentengi akidah dari godaan aliras sesat merupakan hal yang mutlak dibutuhkan. Setiap keluarga mesti mengupayakan pendidikan akidah kepada seluruh anggota keluarganya. Dan, tanggung jawab membentengi akidah generasi mendatang secara mendasar ditumpukan pada orangtua. Firman-Nya,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلائِكَةٌ 

غِلاظٌ شِدَادٌ لا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ

"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan." (Q.S. At-Tahriim [66]: 6)

Nabi Muhammad Saw. juga telah mengingatkan kita dalam sebuah sabdanya yang diriwayatkan oleh Bukhari, "Setiap anak dilahirkan berdasarkan fitrah, kedua orangtuanyalah yang meyahudikannya, menashranikannya dan memajusikannya." Maka, benar adanya bahwa keluarga ditetapkan sebagai pendidikan pertama bagi semua orang. Bila dalam keluarga mendapat pendidikan akidah yang baik dan benar, besar harapan kita bahwa anak akan menjadi sosok yang sulit dipengaruhi orang lain.

Akhirnya, mendidik anak dengan pendekatan yang islami itu sangat indah. Tidak ada cara yang lebih mulia dalam mendidik anak selain yang diajarkan Islam. Akidah dan tauhid tidak bisa didapatkan di luar rumah. Semua harus diawali dari dalam rumah oleh ayah dan ibunya dengan pendekatan yang harmonis. [Ahmad]

Sumber Post : PERCIKAN Iman.org [Fokus MAPI Juni 2011]

Tidak ada komentar:

Postingan Populer