Judul: Profil Pesantren Salafi Banten
Penulis: Ruby Ach. Baedhawy, dkk.
Penerbit: Biro Humas dan Protokol Setda Provinsi Banten, cetakan II, Juni 2008
Tebal halaman: 163 halaman
Sumber : ratuatut.com
Penulis: Ruby Ach. Baedhawy, dkk.
Penerbit: Biro Humas dan Protokol Setda Provinsi Banten, cetakan II, Juni 2008
Tebal halaman: 163 halaman
Pesantren merupakan lembaga pendidikan yang tertua
di Indonesia dan dimulai sekitar abad ke-16. Keberadaannya telah
menyertai perjalanan panjang kemerdekaan bangsa Indonesia selama
bertahun-tahun. Martin van Bruinessen menyebutnya sebagai pusat
penyebaran Islam di Indonesia di masa lampau. Sebagai bentuk
keberhasilan pesantren dalam pembinaan umat dan bangsa, hingga kini nama
besar pesantren telah mampu merubah paradigma masyarakat modern menuju
inklusifitas sehingga pesantren telah melahirkan banyak kader ulama dan
pemimpin-pemimpin.
Buku yang berjudul “Profil Pesantren Salafi Banten” ini memiliki
kekhasan tersendiri dalam memberikan informasi seputar dunia pesantren,
khususnya di kalangan pesantren salafi yang ada di wilayah Banten.
Secara historis, Banten memang tidak bisa dilepaskan dengan tradisi
masyarakat pesantren. Hal tersebut telah lama melekat dalam warisan
budaya Banten sebagai masyarakat yang agamis atau dalam istilah
tradisionalnya disebut “masyarakat santri”.
Seperti yang tertulis dalam buku tersebut, ada beberapa pesantren
yang telah berusia lama dan turut menyertai sejarah peradaban Banten
hingga saat ini. Sebut saja pesantren Bani Ali Cikaduen, Bani Rusydi
Annawawi, Al-Iqtishad Cikedal, Jauharotun Naqiyah dan lain-lainnya
merupakan pesantren salafi yang ada di Banten yang turut mengawal
sejarah peradaban Banten dari masa-masa tradisional hingga saat ini.
Pendekatan fenomenologis yang dilakukan oleh para penulis memang
menjadi syarat utama dalam menggali informasi tentang pesantren salafi
di Banten ini. Kemudian, para penulis buku tersebut juga memberikan
informasi padat tentang bagaimana eksistensi pesantren salafi di wilayah
Banten serta menggambarkan peran dan posisi pesantren salafi di zaman
sekarang.
Seperti pada halaman 46 dalam buku tersebut, penulis menggambarkan
bahwa Pesantren Al-Falakhiyyah tumbuh dan berkembang dengan kegigihan
para pengasuhnya. Tercatat bahwa selama 47 tahun hingga saat ini,
pesantren Al-Falakhiyyah sangat membantu masyarakat sekitar dalam
menimba ilmu. Pada awalnya, pesantren tersebut hanya mempelajari
ilmu-ilmu agama saja, tetapi saat ini melalui proses perkembangannya
pesantren tersebut telah mengajarkan para santrinya belajar ilmu agama
Islam dan ilmu-ilmu umum lainnya, tentu saja dengan tidak melepaskan
identitasnya sebagai pesantren salafi.
Selanjutnya, buku tersebut juga menggambarkan akan posisi dan peranan
pesantren salafi di era masyarakat modern. Dalam kurun waktu yang
sangat lama, pesantren salafi di Banten memiliki pengaruh kuat bagi
keberlangsungan dan perkembangan keberadaannya di saat-saat seperti ini.
Tidak hanya sebagai lembaga pendidikan formal ataupun informal,
pesantren salafi juga dijadikan tempat bertanya dan bermusyawarah bagi
penduduk setempat dalam menyelesaikan suatu persoalan di lingkungannya.
Dalam perkembangannya, pesantren salafi tengah berada dalam sebuah
tantangan besar. Melihat persaingan dunia pendidikan saat ini membuat
lembaga pendidikan pesantren salafi harus mempersiapkan para santrinya
dalam menggali informasi. Misalnya, penulis buku tersebut menggambarkan
masuknya pendidikan-pendidikan umum dalam ruang lingkup pesantren akan
berdampak besar bagi nilai luhur pesantren salafi.
Selain menghasilkan sisi positifnya, juga nilai negatif yang harus
diantisipasi adalah tumbuhnya pola pikir individualistik, bipolar dan
cenderung eksklusif. Oleh karenanya, keberadaan pesantren salafi harus
mempertahankan nilai identitasnya sebagai lembaga pendidikan Islam yang
inklusif dan sebagai wadah pembinaan umat.
Terakhir, dalam buku ini ditemukan analisa canggih, yaitu bersumber
atas kutipan Martin van Bruinessen disebutkan bahwa keberadaan pesantren
salafi tertua di Indonesia ada di wilayah Banten, yang letaknya di
sekitar Gunung Karang, sebelah Barat Pandeglang. Dan, historikal
keberadaan pesantren salafi tertua itu dimuat dalam Serat Centhini yang
mengisahkan seorang pertapa Danadrama mengaku telah berguru ilmu di
pesantren tua di wilayah Gunung Karang, Banten dibawah bimbingan Seh
Kader Jalena atau yang oleh para penulis sebutkan sebagai Syaikh Abdul
Qadir Jailani.
Dengan demikian, pesantren salafi di Banten memiliki nilai sejarah
tinggi. Tidak hanya dalam peradaban Banten melainkan dalam peradaban
penyebaran Islam juga telah turut serta di dalamnya. Buku “Profil
Pesantren Salafi Banten” ini patut dibaca oleh semua kalangan, terutama
bagi mereka yang gemar mempelajari sejarah dan antropologi.
(mhl/ratuatut.com)
1 komentar:
semoga pesantren al anwariyah semakin maju, salam dari kami keluarga besar Pondok Pesantren Nurul Ilmi Darunnajah 14 www.nurul-ilmi.com
Posting Komentar