""SELAMAT DATANG DI HALAMAN BLOG KAMI""" ,,, "Terima Kasih atas Kunjungan Anda"____

22 Agu 2011

Napak Tilas Pesantren Salafi Banten

Judul:   Profil Pesantren Salafi Banten
Penulis: Ruby Ach. Baedhawy, dkk.
Penerbit: Biro Humas dan Protokol Setda Provinsi Banten, cetakan II, Juni 2008
Tebal halaman: 163 halaman

      Pesantren merupakan lembaga pendidikan yang tertua di Indonesia dan dimulai sekitar abad ke-16. Keberadaannya telah menyertai perjalanan panjang kemerdekaan bangsa Indonesia selama bertahun-tahun. Martin van Bruinessen menyebutnya sebagai pusat penyebaran Islam di Indonesia di masa lampau. Sebagai bentuk keberhasilan pesantren dalam pembinaan umat dan bangsa, hingga kini nama besar pesantren telah mampu merubah paradigma masyarakat modern menuju inklusifitas sehingga pesantren telah melahirkan banyak kader ulama dan pemimpin-pemimpin.
Buku yang berjudul “Profil Pesantren Salafi Banten” ini memiliki kekhasan tersendiri dalam memberikan informasi seputar dunia pesantren, khususnya di kalangan pesantren salafi yang ada di wilayah Banten. Secara historis, Banten memang tidak bisa dilepaskan dengan tradisi masyarakat pesantren. Hal tersebut telah lama melekat dalam warisan budaya Banten sebagai masyarakat yang agamis atau dalam istilah tradisionalnya disebut “masyarakat santri”.

        Seperti yang tertulis dalam buku tersebut, ada beberapa pesantren yang telah berusia lama dan turut menyertai sejarah peradaban Banten hingga saat ini. Sebut saja pesantren Bani Ali Cikaduen, Bani Rusydi Annawawi, Al-Iqtishad Cikedal, Jauharotun Naqiyah dan lain-lainnya merupakan pesantren salafi yang ada di Banten yang turut mengawal sejarah peradaban Banten dari masa-masa tradisional hingga saat ini.
Pendekatan fenomenologis yang dilakukan oleh para penulis memang menjadi syarat utama dalam menggali informasi tentang pesantren salafi di Banten ini. Kemudian, para penulis buku tersebut juga memberikan informasi padat tentang bagaimana eksistensi pesantren salafi di wilayah Banten serta menggambarkan peran dan posisi pesantren salafi di zaman sekarang.

Seperti pada halaman 46 dalam buku tersebut, penulis menggambarkan bahwa Pesantren Al-Falakhiyyah tumbuh dan berkembang dengan kegigihan para pengasuhnya. Tercatat bahwa selama 47 tahun hingga saat ini, pesantren Al-Falakhiyyah sangat membantu masyarakat sekitar dalam menimba ilmu. Pada awalnya, pesantren tersebut hanya mempelajari ilmu-ilmu agama saja, tetapi saat ini melalui proses perkembangannya pesantren tersebut telah mengajarkan para santrinya belajar ilmu agama Islam dan ilmu-ilmu umum lainnya, tentu saja dengan tidak melepaskan identitasnya sebagai pesantren salafi.
Selanjutnya, buku tersebut juga menggambarkan akan posisi dan peranan pesantren salafi di era masyarakat modern. Dalam kurun waktu yang sangat lama, pesantren salafi di Banten memiliki pengaruh kuat bagi keberlangsungan dan perkembangan keberadaannya di saat-saat seperti ini. Tidak hanya sebagai lembaga pendidikan formal ataupun informal, pesantren salafi juga dijadikan tempat bertanya dan bermusyawarah bagi penduduk setempat dalam menyelesaikan suatu persoalan di lingkungannya. 

Dalam perkembangannya, pesantren salafi tengah berada dalam sebuah tantangan besar. Melihat persaingan dunia pendidikan saat ini membuat lembaga pendidikan pesantren salafi harus mempersiapkan para santrinya dalam menggali informasi. Misalnya, penulis buku tersebut menggambarkan masuknya pendidikan-pendidikan umum dalam ruang lingkup pesantren akan berdampak besar bagi nilai luhur pesantren salafi.
Selain menghasilkan sisi positifnya, juga nilai negatif yang harus diantisipasi adalah tumbuhnya pola pikir individualistik, bipolar dan cenderung eksklusif. Oleh karenanya, keberadaan pesantren salafi harus mempertahankan nilai identitasnya sebagai lembaga pendidikan Islam yang inklusif dan sebagai wadah pembinaan umat.

        Terakhir, dalam buku ini ditemukan analisa canggih, yaitu bersumber atas kutipan Martin van Bruinessen disebutkan bahwa keberadaan pesantren salafi tertua di Indonesia ada di wilayah Banten, yang letaknya di sekitar Gunung Karang, sebelah Barat Pandeglang. Dan, historikal keberadaan pesantren salafi tertua itu dimuat dalam Serat Centhini yang mengisahkan seorang pertapa Danadrama mengaku telah berguru ilmu di pesantren tua di wilayah Gunung Karang, Banten dibawah bimbingan Seh Kader Jalena atau yang oleh para penulis sebutkan sebagai Syaikh Abdul Qadir Jailani.
         Dengan demikian, pesantren salafi di Banten memiliki nilai sejarah tinggi. Tidak hanya dalam peradaban Banten melainkan dalam peradaban penyebaran Islam juga telah turut serta di dalamnya. Buku “Profil Pesantren Salafi Banten” ini patut dibaca oleh semua kalangan, terutama bagi mereka yang gemar mempelajari sejarah dan antropologi. (mhl/ratuatut.com)
Sumber : ratuatut.com

1 komentar:

pesantren nurul ilmi darunnajah 14 mengatakan...

semoga pesantren al anwariyah semakin maju, salam dari kami keluarga besar Pondok Pesantren Nurul Ilmi Darunnajah 14 www.nurul-ilmi.com

Postingan Populer