Akidah adalah
penuntun pikiran dan perilaku seseorang. Bila akidahnya baik, pola
pikIr dan perilaku orang yang bersangkutan akan baik pula. Sebaliknya,
bila akidahnya buruk, orang tersebut akan memiliki kecenderungan
berpikir dangkal dan berperilaku tidak sesuai syariat. Hal tersebut akan
terus berlangsung selama dia belum mendapatkan pencerahan.
Persoalan pendangkalan akidah ini merupakan pembahasan yang serius.
Betapa tidak, dari waktu ke waktu, korbannya semakin banyak saja. Yang
sangat memprihatinkan, banyak dari korban tersebut adalah generasi muda
pada usia sekolah dan kuliah. Kalau dibiarkan, fenomena ini akan menjadi
ancaman besar bagi umat Islam generasi mendatang.
Bila diselisik lebih jauh, pendangkalan akidah pada generasi muda ini sudah berlangsung sejak lama. Sebut saja para pengikut aliran sesat Surga Eden dan HDH di Cirebon. Pelaku bom bunuh diri di beberapa tempat di Indonesia pun adalah anak muda. Korban pendangkalan akidah oleh NII gadungan KW 9 juga adalah pelajar dan mahasiswa.
Bila diselisik lebih jauh, pendangkalan akidah pada generasi muda ini sudah berlangsung sejak lama. Sebut saja para pengikut aliran sesat Surga Eden dan HDH di Cirebon. Pelaku bom bunuh diri di beberapa tempat di Indonesia pun adalah anak muda. Korban pendangkalan akidah oleh NII gadungan KW 9 juga adalah pelajar dan mahasiswa.
Jika dilihat dari
pandangan psikologi, para pelaku aliran sesat memanfaatkan kelabilan
jiwa para pelajar dan mahasiswa yang mudah didoktrin oleh
pemahaman-pemahaman yang jauh dari ajaran Islam. Sebab lain yang tidak
kalah penting adalah para korban disinyalir kurang mendapat pendidikan
akidah di keluarganya dan jarang berkomunikasi dengan orangtuanya.
Disebutkan Elly Risman dalam salah satu acara di TV One, anak-anak usia
sekolah dan kuliah mudah didangkalkan akidahnya kerena beberapa faktor.
Pertama, faktor lingkungan keluarga. Di rumah, mereka kurang
mendapatkan pendidikan agama secara baik dan benar. Padahal, pendidikan
akidah sepatutnya harus diajarkan kepada anak sejak dini. Di sinilah
pentingnya anak-anak dikenalkan pada akidah Islam yang benar sesuai
dengan daya nalar dan usianya. Dengan demikian, anak-anak tidak mudah
terjebak dalam aliran sesat karena dalam dirinya sudah terpatri
pengetahuan dan wawasan mengenai yang baik dan yang buruk sesuai dengan
syariat Islam.
Oleh karenanya, apabila ada anak yang sudah
terjebak dalam aliran sesat, jangan lekas menyalahkan anak yang
bersangkutan. Justru sebagai orangtua, kita perlu menayakan peran
sebagai pengasuh, pendidik, dan guru bagi anak-anaknya di rumah. Kita
perlu bertanya mengenai sudah seberapa banyak anak diberikan pendidikan
agama secara baik dan benar. Atau, sudah benarkah cara kita membimbing
anak untuk mengamalkan ajaran agamanya?
Kedua, persoalan
komunikasi. Hal ini berkaitan dengan seberapa dekat komunikasi yang
dilakukan orangtua kepada anak-anaknya. Komunikasi yang baik adalah
ketika terjadi ikatan yang erat, kokoh, harmonis, dan terbuka antara
anak dan orangtua. Bila hal ini terjadi, tidak akan ada anak yang
mencari-cari perhatian orang lain atau mencari sesuatu yang baru di luar
rumahnya. Karena segala sesuatu yang dialami anak dapat
terkomunikasikan pada orangtuanya dengan baik, maka perilaku anak mudah
terdeteksi dan terkontrol.
Islam sendiri secara tegas
memerintahkan kita untuk memuliakan dan mengajarkan pada anak-anak
pendidikan agama yang baik. Anak itu amanah. Bila sedikit saja salah
mendidik, anak bisa menjadi ujian berat bagi orangtuanya. Kenyataan saat
ini menunjukkan bahwa sebagian orangtua tidak begitu peduli terhadap
pendidikan agama anak-anaknya. Hal ini akan menjadi malapetaka besar
bagi keluarga.
Pada dasarnya, pembentukan akidah yang benar
harus dimulai dari pribadi setiap muslim. Rasulullah Saw. bersabda
"ibdak binafsik (mulai dari dirimu)". Bekal akidah yang benar ini akan
membentengi seseorang, ke mana pun dia pergi. Muslim yang memiliki
kualitas akidah yang kuat tidak akan mudah terpengaruh oleh berbagai
kecenderungan dan iming-iming yang menyesatkan. Hal tersebut tidak
mungkin terjadi kalau tidak diawali dari keluarga.
Ya,
membentengi akidah dari godaan aliras sesat merupakan hal yang mutlak
dibutuhkan. Setiap keluarga mesti mengupayakan pendidikan akidah kepada
seluruh anggota keluarganya. Dan, tanggung jawab membentengi akidah
generasi mendatang secara mendasar ditumpukan pada orangtua. Firman-Nya,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلائِكَةٌ
غِلاظٌ شِدَادٌ لا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu
dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya
malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah
terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan
apa yang diperintahkan." (Q.S. At-Tahriim [66]: 6)
Nabi
Muhammad Saw. juga telah mengingatkan kita dalam sebuah sabdanya yang
diriwayatkan oleh Bukhari, "Setiap anak dilahirkan berdasarkan fitrah,
kedua orangtuanyalah yang meyahudikannya, menashranikannya dan
memajusikannya." Maka, benar adanya bahwa keluarga ditetapkan sebagai
pendidikan pertama bagi semua orang. Bila dalam keluarga mendapat
pendidikan akidah yang baik dan benar, besar harapan kita bahwa anak
akan menjadi sosok yang sulit dipengaruhi orang lain.
Akhirnya,
mendidik anak dengan pendekatan yang islami itu sangat indah. Tidak ada
cara yang lebih mulia dalam mendidik anak selain yang diajarkan Islam.
Akidah dan tauhid tidak bisa didapatkan di luar rumah. Semua harus
diawali dari dalam rumah oleh ayah dan ibunya dengan pendekatan yang
harmonis. [Ahmad]
Sumber Post : PERCIKAN Iman.org [Fokus MAPI Juni 2011]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar