Sudah 1438 tahun lebih perjalanan sejarah Hijrahnya Rasulullah Saw
berlalu. Makna hijrah bagi kaum Muslim memiliki makna yang sangat dalam
dan mendasar yaitu suara hati, perasaan yang sangat mendasar (Alwizdan),
mengaktualisasikan nilai-nilai akidah yang bertujuan untuk memisahkan
antara yang hak dan yang batil yaitu dengan berhijrah kepada Allah Swt
secara totalitas.
Hijrah dari kemusyrikan dan kekufuran kepada nilai-nilai Islam yang murni.
Awal dari hijrahnya kenabian ini bertujuan untuk keluar dari belenggu
masyarakat Jahiliyah dan berbagai unsur budayanya pada masa itu dan
menuju kepada berdirinya Negara Islam di Madinah Munawwarah. Dari awal
hijrah inilah menjadi ujung tombak terbentuknya sejarah Hijriyah yang
dikenal dengan “Taqwim Hijrie; penanggalan Hijriyah atau tahun hijriyah”
di kalangan umat Islam, yang berawal dari hijrahnya Nabi Muhammad Saw
dari Makkah ke Yatsrib yang akhirnya nama ini berubah menjadi nama
Madinah Almunawwarah. Makna Hijrah dan keutamaan hijrah yang Allah Swt
gambarkan dalam Alqur’an diantaranya sebagai berikut,
إِنَّ الَّذِينَ آمَنُواْ وَالَّذِينَ هَاجَرُواْ وَجَاهَدُواْ فِي سَبِيلِ اللّهِ أُوْلَـئِكَ يَرْجُونَ رَحْمَتَ اللّهِ وَاللّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ ( البقرة [2] : 218)
إِنَّ الَّذِينَ آمَنُواْ وَالَّذِينَ هَاجَرُواْ وَجَاهَدُواْ فِي سَبِيلِ اللّهِ أُوْلَـئِكَ يَرْجُونَ رَحْمَتَ اللّهِ وَاللّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ ( البقرة [2] : 218)
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah
dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang ” (QS. Albaqarah [2] : 218)
فَاسْتَجَابَ لَهُمْ رَبُّهُمْ أَنِّي لاَ أُضِيعُ عَمَلَ عَامِلٍ
مِّنكُم مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَى بَعْضُكُم مِّن بَعْضٍ فَالَّذِينَ
هَاجَرُواْ وَأُخْرِجُواْ مِن دِيَارِهِمْ وَأُوذُواْ فِي سَبِيلِي
وَقَاتَلُواْ وَقُتِلُواْ لأُكَفِّرَنَّ عَنْهُمْ سَيِّئَاتِهِمْ
وَلأُدْخِلَنَّهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الأَنْهَارُ ثَوَابًا
مِّن عِندِ اللّهِ وَاللّهُ عِندَهُ حُسْنُ الثَّوَابِ (ال عمران [3] :
195)
Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman):
“Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di
antara kamu, baik laki-laki atau perempuan, (karena) sebagian kamu
adalah turunan dari sebagian yang lain. Maka orang-orang yang berhijrah,
yang diusir dari kampung halamannya, yang disakiti pada jalan-Ku, yang
berperang dan yang dibunuh, pastilah akan Ku-hapuskan
kesalahan-kesalahan mereka dan pastilah Aku masukkan mereka ke dalam
surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, sebagai pahala di sisi
Allah. Dan Allah pada sisi-Nya pahala yang baik.” (QS. Ali Imran [3] :
195)
والسابقون الأولون من المهاجرين والأنصار والذين اتبعوهم بإحسان رضى الله عنهم ورضوا عنه وأعد لهم جنات تجري تحتها الأنهار خالدين فيها أبدا ذلك الفوز العظيم (التوبة [9] : 100 )
والسابقون الأولون من المهاجرين والأنصار والذين اتبعوهم بإحسان رضى الله عنهم ورضوا عنه وأعد لهم جنات تجري تحتها الأنهار خالدين فيها أبدا ذلك الفوز العظيم (التوبة [9] : 100 )
“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari
golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka
dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah
dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir
sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya.
Itulah kemenangan yang besar” (QS. Attaubah [9] : 100)
والذين تبوؤوا الدار والإيمان من قبلهم يحبون من هاجر إليهم، ولا يجدون
في صدورهم حاجة مما أوتوا ويؤثرون على أنفسهم ولو كان بهم خصاصة ومن يوق شح
نفسه فأولئك هم المفلحون (الحشر [59] : 9)
“Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman
(Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor)
‘mencintai’ orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). Dan mereka
(Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang
diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan
(orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka
dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya,
mereka itulah orang orang yang beruntung” (QS. Alhasyar [59] : 9)
Dari ayat-ayat Alqur’an di atas makna hijrah mengandung interpretasi
yang begitu luas baik secara ruhiyah, bathiniyah maupun lahiriyah, baik
secara mikro maupun makro. Tahun baru hijriyah atau makna dari kata
“Hijrah” itu sendiri merupakan momentum bagi kaum Muslimin untuk terus
mampu dalam berkreasi, menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi,
menjunjung tinggi hak asasi manusia, menciptakan birokrasi yang modern,
transparan, rapi dan bersih, membangun dan menegakkan keadilan hukum
yang tegas dan berwibawa, kemajuan diberbagai bidang seperti politik,
sosial, budaya, pendidikan, ekonomi, industri, informasi, tekhnologi,
meliter, dlsb menuju peradaban sebuah negara yang aman, sejahtera dan
makmur yang mampu bersaing dengan negara lain secara terhormat dan
beradab untuk membangun kemaslahatan umat manusia diseluruh dunia.
Keutamaan Bulan Haram dan Muharram
Tahun baru Islam jatuh diantara bulan Haram yaitu bulan Muharram.
Bulan Haram ada empat dari bulan Arab hijriyah yaitu Dzulqa’dah (bulan
ke-11), Dzulhijjah (bulan ke-12), Muharram (bulan ke-1) dan Rajab (bulan
ke-7), sebagaimana Rasulullah Saw bersabda,
وعن أبي بكرة رضي الله عنه أن النبي صلى الله عليه وسلم خطب في حَجِّتِه، فقال: ألا إن الزمان قد استدار كهيئته يوم خلق الله السموات والأرض السنة اثنا عشر شهراً منها أربعة حرم، ثلاثة متواليات ذو القعدة وذو الحجة والمحرم ورجب مضر بين جمادى وشعبان (الحديث متفق عليه)
وعن أبي بكرة رضي الله عنه أن النبي صلى الله عليه وسلم خطب في حَجِّتِه، فقال: ألا إن الزمان قد استدار كهيئته يوم خلق الله السموات والأرض السنة اثنا عشر شهراً منها أربعة حرم، ثلاثة متواليات ذو القعدة وذو الحجة والمحرم ورجب مضر بين جمادى وشعبان (الحديث متفق عليه)
Dari Abu Bakar r.a, bahwa Rasulullah berkhotbah ketika beliau
melaksanakan haji, beliau berkata: ketahuilah bahwa zaman itu akan terus
berputar seperti bentuknya. Hari menciptakan Allah Swt pada langit dan
bumi itu dalam setahun sebanyak 12 bulan diantaranya ada 4 bulan Haram, 3
yang berturutan yaitu Dzulqa’dah, Dzulhijjah, dan Muharram sedangkan
bulan Rajab dihimpit antara bulan Jumadi (Jumadil Awwal dan Jumadil
Akhir) dan bulan Sya’ban.( HR. Bukhari- Muslim)
Pada bulan-bula Haram diharamkan berperang terkecuali jika diperangi,
maka boleh melawan mempertahankan diri untuk berperang. Sebagaimana
Allah Swt befirman,
إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ .. (التوبة [9] :36)
إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ .. (التوبة [9] :36)
“Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan,
dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di
antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka
janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu” (QS.
Attaubah [9] : 36)
Pada bulan-bulan Haram digandakan bagi siapa saja yang melakukan
kebajikan begitu juga bagi orang yang melakukan kejahatan, pendapat ini
juga disepakati oleh Imam Qurthubi. Namun sebagian ulama orang yang
berbuat kejahatan pada bulan tersebut tidak digandakan. Menurut Imam
Syafi’I dan kebanyakan para ulama bagi yang berperang tanpa sebab pada
bulan –bulan Haram maka dia wajib membayar Diat.
Keutamaan diantara bulan haram, yaitu pada bulan Muharram disunnahkan berpuasa sebagaimana Rasulullah Saw bersabda,
عن ابن عباس رضي الله عنهما أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قدم المدينة فوجد اليهود صياماً يوم عاشوراء، فقال لهم رسول الله صلى الله عليه وسلم: (ما هذا اليوم الذي تصومونه؟) فقالوا: هذا يوم عظيم أنجى الله فيه موسى وقومه، و أغرق فرعون وقومه، فصامه موسى شكراً، فنحن نصومه، فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم: (فنحن أحق وأولى بموسى منكم) فصامه رسول الله صلى الله عليه وسلم وأمر بصيامه.. متفق عليه.
عن ابن عباس رضي الله عنهما أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قدم المدينة فوجد اليهود صياماً يوم عاشوراء، فقال لهم رسول الله صلى الله عليه وسلم: (ما هذا اليوم الذي تصومونه؟) فقالوا: هذا يوم عظيم أنجى الله فيه موسى وقومه، و أغرق فرعون وقومه، فصامه موسى شكراً، فنحن نصومه، فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم: (فنحن أحق وأولى بموسى منكم) فصامه رسول الله صلى الله عليه وسلم وأمر بصيامه.. متفق عليه.
“Dari Ibnu Abbas r.a bahwa ketika Rasulullah Saw di Madinah berjumpa
kepada orang Yahudi sedang berpuasa ‘Asura. Rasulullah Saw berkata
kepada mereka: Hari ini hari apa, kenapa kalian berpuasa pada hari ini?
Mereka (orang Yahudi) berkata: Hari ini adalah hari agung, dimana Allah
Swt telah menyelamatkan Musa dan umatnya, dan Allah tenggelamkan Fir’aun
dan pengikutnya, pada hari ini Musa berpuasa karena kesyukurannya
tersebut, oleh karena itulah kami juga (orang Yahudi) melakukan puasa
pada hari ini (hari ‘Asyura). Berkata Rasulullah Saw: Maka kamilah yang
lebih berhak terhadap Musa daripada kamu sekalian (orang Yahudi), maka
Rasulullah Saw berpuasa dan memerintahkan (umatnya) untuk berpuasa (pada
hari ‘Asyura) ” (HR. Bukhari Muslim)
Keutamaan lain puasa ‘Asyura, bahwa Allah Swt menghapuskan dosa-dosa
hambanya setahun yang lalu. Sebagaimana Rasulullah Saw bersabda,
عن أبي قتادة أن رجلاً سأل النبي صلى الله عليه وسلم عن صيام يوم عاشوراء، فقال: إني أحتسب على الله أن يكفر السنة التي قبله (رواه مسلم)
عن أبي قتادة أن رجلاً سأل النبي صلى الله عليه وسلم عن صيام يوم عاشوراء، فقال: إني أحتسب على الله أن يكفر السنة التي قبله (رواه مسلم)
“Dari Abu Qatadah, ada seseorang bertanya kepada Nabi Saw tentang
puasa ‘Asyura (10 Muharram) Sesungguhnya (kelebihan bagi orang tang
berpuasa ‘Asyura) adalah Allah Swt menghapuskan dosanya satu tahun yang
lalu ” (HR. Muslim)
Rasulullah sangat suka dan selalu melakukan puasa ‘Asyura untuk
mencari pahala dan harapan keredaan Allah Swt, sebagaimana sabda beliau,
وعن ابن عباس رضي الله عنهما قال: ما رأيتُ النبي صلى الله عليه وسلم يتحرّى صيام يوم فضله على غيره إلا هذا اليوم يوم عاشوراء، وهذا الشهر يعني شهر رمضان ( رواه البخاري) ومعنى يتحرى، أي: يقصد صومه لتحصيل ثوابه والرغبة فيه
.
“Dari Ibnu Abbas r.a berkata: tidaklah aku melihat Rasulullah Saw bermaksud untuk berpuasa mengharapkan pahala dan kelebihannya selai puasa Ramadhan yaitu beliau puasa ‘Asyura (10 Muharram) ” (HR. Bukhari)
وعن ابن عباس رضي الله عنهما قال: ما رأيتُ النبي صلى الله عليه وسلم يتحرّى صيام يوم فضله على غيره إلا هذا اليوم يوم عاشوراء، وهذا الشهر يعني شهر رمضان ( رواه البخاري) ومعنى يتحرى، أي: يقصد صومه لتحصيل ثوابه والرغبة فيه
.
“Dari Ibnu Abbas r.a berkata: tidaklah aku melihat Rasulullah Saw bermaksud untuk berpuasa mengharapkan pahala dan kelebihannya selai puasa Ramadhan yaitu beliau puasa ‘Asyura (10 Muharram) ” (HR. Bukhari)
Namun Nabi Muhammad Saw menganjurkan kepada umatnya untuk berpuasa
tiga hari pada bulam Muharram yaitu pada tanggal 9, 10 dan 11 Muharram
untuk membedakan puasanya kaum Muslimin dan puasanya orang-orang Yahudi,
sebagaimana sabda beliau,
عن ابن عباس رضي الله عنهما، أن النبي صلى الله عليه وسلم قال: (خالفوا اليهود صوموا يوماً قبله أو يوماً بعده)، أخرجه أحمد وابن خزيمة.
عن ابن عباس رضي الله عنهما، أن النبي صلى الله عليه وسلم قال: (خالفوا اليهود صوموا يوماً قبله أو يوماً بعده)، أخرجه أحمد وابن خزيمة.
“Dari Ibnu Abbas r.a Rasulullah Saw bersabda: Kamu bedakanlah (puasa
pada bulan Muharram) dengan kebiasaan orang Yahudi, berpuasalah kamu
sehari sebelumnya (10 Muharram) dan sehari sesudahnya (sesudah 10
Muharram) yaitu 9, 10 dan 11 pada bulan Muharram” (HR. Ahmad dan Ibnu
Khuzaimah)
Rasulullah Saw juga membedakan kelebihan puasa puasa putih (Shaum
Yaum Albidh), puasa Ramadhan, puasa ‘Arafah dan puasa ‘Asyura,
sebagaiman sabda beliau,
عن أبي قتادة رضي الله عنه : عن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: ثلاث من كل شهر، ورمضان إلى رمضان، فهذا صيام الدهر كله، صيام يوم عرفة أحتسب على الله أن يكفّر السنة التي قبله، والسنة التي بعده ، وصيام يوم عاشوراء أحتسب على الله أن يكفِّر السنة التي قبله . ( رواه أحمد في مسنده ورواه مسلم في صحيحه ورواه أبو داود في سننه ورواه
الترمذي في سننه ورواه ابن خزيمة في صحيحه )
عن أبي قتادة رضي الله عنه : عن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: ثلاث من كل شهر، ورمضان إلى رمضان، فهذا صيام الدهر كله، صيام يوم عرفة أحتسب على الله أن يكفّر السنة التي قبله، والسنة التي بعده ، وصيام يوم عاشوراء أحتسب على الله أن يكفِّر السنة التي قبله . ( رواه أحمد في مسنده ورواه مسلم في صحيحه ورواه أبو داود في سننه ورواه
الترمذي في سننه ورواه ابن خزيمة في صحيحه )
“Dari Abu Qatadah r.a. Rasulullah Saw bersabda: 3 hari perpuasa
setiap bulanya, berpuasa Ramadhan setiap tahunnya, maka ini sama seperti
berpuasa sepanjang tahun. Puasa pada hari ‘Arafah kelebihannya bahwa
Allah Swt menghapuskan dosanya satu tahun yang lalu dan satu tahun yang
akan datang. Dan puasa pada hari ‘Asyura (10 Muharram) keutamaannya
bahwa Allah Swt menghapuskan dosanya satu tahun yang lalu” (HR. Ahmad,
Muslim, Abu Dawud, Atturmudzi, dan Ibnu Khuzaimah).
Menurut Imam Nawawi dosa yang diampuni adalah dosa-dosanya yang kecil bukan dosa-dosa besar .
Jika melakukan puasa ‘Asyura hanya pada hari tanggal 10 Muharram saja tidak mengapa, sebagaimana sabda Nabi Saw,
عن ابن عباس – رضي الله عنهما – قال: أمر رسول الله صلى الله عليه وسلم بصوم يوم عاشوراء يوم العاشر (رواه الترمذي في سننه ، وقال : حديث ابن عباس حديث حسن صحيح)
عن ابن عباس – رضي الله عنهما – قال: أمر رسول الله صلى الله عليه وسلم بصوم يوم عاشوراء يوم العاشر (رواه الترمذي في سننه ، وقال : حديث ابن عباس حديث حسن صحيح)
“Dari Ibnu Abbas r.a, RAsulullah Saw memerintahkan untuk berpuasa
pada hari ‘Asyura yaitu hari yang ke sepuluh bulan Muharram” (HR.
Atturmudzi)
Kesimpulan
Tahun baru Islam 1439 H ini dan keutamaan dari bulam Muharram dengan
melakukan puasa ‘Asyura dan amalan-amalan sunnah lainnya, semoga dapat
kita jadikan sebagai nilai ruhiyah dan lahiriyah agar sikap dan
keperibadian kita dapat menjadi sosok dan cermin keperibadian sebagai
orang yang beriman dan bertaqwa baik sebagai pemimpin di dalam rumah
tangga, masyarakat, dalam tatanan sosial, politik, budaya, dll. Karena
hanya orang yang beriman dan bertakwalah yang pasti dijamin oleh Allah
Swt selamat dunia dan akhirat, sebagaimana firman-Nya yang menyebutkan,
وَأَنجَيْنَا الَّذِينَ ءَامَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُونَ {سورة النمل [27] : 53}
وَأَنجَيْنَا الَّذِينَ ءَامَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُونَ {سورة النمل [27] : 53}
“Dan telah Kami selamatkan orang-orang yang beriman dan mereka itu selalu bertakwa” (QS. Annamal [27] : 53)
Sumber : http://kabarwashliyah.com/kanal/dunia-islam/
Sekretaris Dewan Fatwa Al Washliyah Se-Indonesia, Guru Tafsir Alqur’an/Perbandingan Madzhab Fikih Majelis Ta’lim Jakarta & Direktur Lembaga Riset Arab dan Timur Tengah [di Malaysia] Hp: 021.406.208.33/ 088.885.818.84. Email: dewanfatwa_alwahliyah@yahoo.com Facebook : Buya Ovied
Tidak ada komentar:
Posting Komentar